Bringing People Together

My husband Michael and I went to a Yankee’s game on Sunday, and had a wonderful time. I think we sat in a section that had the loudest, most engaged fans in the whole stadium! This kid above was so…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




Pesta Amal

Setelah jalan panjang yang mereka tempuh, Amara dan Ragnar sampai di gerbang masuk Kerajaan Vandran. Tidak ada penjagaan ketat karena itu jalan yang biasa digunakan masyarakat umum, mereka memilih masuk melalui jalur pemukiman. Menyamar seolah-olah warga asli Vandran adalah pilihan terbaik.

Ragnar sudah berganti pakaian dengan setelan jas yang membuatnya sangat mencolok. Selain tampan, dia juga terlihat kaya dan cerdas. Amara menelan ludah, ada keraguan di benaknya. Orang-orang akan mudah mengenali wajah Ragnar.

“Jangan khawatirkan aku, Bodoh. Sebaiknya kau berganti pakaian karena bisa jadi kau akan bertemu Gerald malam ini!” Ragnar melempar satu kantung pakaian yang sudah dia siapkan sebelumnya.

“Gerald? Aku akan bertemu Gerald?” tanya Amara mengulang apa yang Ragnar ucapkan tadi.

“Ya, ada acara amal di Vandran. Kita akan masuk lewat sana dan mengambil kitab itu. Kita menyelinap masuk ke istana.” Ragnar duduk di kursi yang ada di butik tempat mereka memesan pakaian. “Tapi sebelum itu kita perlu melakukan sesuatu.”

Amara lebih dulu mengganti pakaiannya dengan gaun warna merah tua dengan hiasan permata yang berkilauan di bagian pinggang. Ketika dia bercermin, hanya ada kekaguman di matanya. Baru kali ini Amara merasa sangat cantik. Dia diam-diam melirik Ragnar yang sedang sibuk menyiapkan undangan dan topeng untuk mereka berdua. Pria itu punya selera berpakaian yang bagus.

“Kapan kita berangkat?” Amara menghampiri teman menyebalkannya itu. Menurutnya mereka sudah berteman setelah melewati banyak rintangan dan perjalanan panjang bersama.

“Setelah makan. Aku harus makan dan menyiapkan kekuatanku. Mungkin banyak penjaga yang harus dilumpuhkan.”

“Aku hanya begini saja? Tidak kau beri senjata atau kemampuan sihir? Apa kau lupa aku hanya wanita biasa, bahkan belum lama sejak aku tiba di semesta ini.”

“Aku hanya perlu membawamu ke ruang kosong, tempat Kitab Vanama disimpan. Kau akan mendapatkan semua yang kau butuhkan.” Dengan taruhan nyawamu, tentu saja.

Mereka masuk ke acara amal itu seperti tamu undangan lainnya. Ragnar mengenakan topeng berwarna putih tulang sedangkan Amara memakai topeng berwarna merah dengan bulu halus di sisi-sisinya. Mereka bergandengan tangan, bersandiwara sebagai sepasang suami istri. Aula yang digunakan sudah sangat ramai. Mereka lekas menuju tempat paling pojok, berusaha menyembunyikan diri dari pandangan penasaran orang-orang.

Dari kejauhan, Amara bisa melihat Gerald dan Carina. Mereka turun dari tangga dengan pakaian serasi. Gerald luar biasa tampan, dia terlihat lebih dewasa dan berwibawa. Amara tersenyum tipis, pria yang dia cintai tampak baik-baik saja. Pun ketika Gerald dan Carina saling mengecup bibir satu sama lain, tidak ada kecanggungan yang terlihat. Seolah-olah Gerald tidak pernah menyatakan cinta pada Amara. Semua berlalu begitu cepat, dan sekarang dia bukan siapa-siapa untuk Gerald.

“Kau akan bersedih sambil menatap mantan kekasihmu seperti wanita bodoh?” tanya Ragnar dengan nada bicara sinis. Lelaki itu memang paling tidak suka dengan romansa antar manusia karena baginya itu berlebihan. Mungkin karena manusia mempunyai umur yang singkat, kebanyakan dari mereka sangat mengagung-agungkan cinta tanpa sadar banyak hal lebih penting untuk diurusi.

“Kau bahkan tidak mengijinkanku melihatnya sebentar saja?”

“Kau sudah melihat Gerald selama setengah jam. Itu sudah cukup. Sekarang kita harus menyusup ke kastil paling barat tempat kitab itu di simpan.”

“Kenapa kau bisa tahu kitab itu di sana?”

“Aku bukan manusia dan aku penjaga Kitab Vanama. Tentu saja aku tahu!”

Mereka masih berdebat sampai keluar dari aula itu. Ragnar menarik tangan Amara menuju lorong sempit yang sangat gelap dan lembab. Cahaya biru dari tangan Ragnar segera menerangi jalan mereka. Lorong itu tidak ada habisnya, terus lurus, kemudian ada beberapa persimpangan rumit. Mereka juga menuruni tangga yang landai, Amara yakin posisi mereka saat ini berada di bawah tanah. Ada bunyi gemericik air di depan sana, sangat menakutkan karena itu suatu hal yang mustahil.

“Aku akan membawamu ke ruang kosong,” kata Ragnar. Mereka berhenti di sebuah ruangan yang cukup luas. Benar saja, ada aliran air di sana. Seperti air terjun kecil yang muncul dari tembok-tembok batu. “Ini adalah ruangan rahasia yang dibangun pemimpin Vandran jauh sebelum kerajaan direbut oleh kakek dari kakek Carina.”

Ragnar mengusap pipi Amara. “Aku ingin mengajarimu banyak hal, tapi waktu kita tidak banyak. Semoga kau berhasil melaksanakan tugasmu, Putri Amara. Ketahuilah, kelahiran kembar bukanlah kutukan. Kau dilahirkan untuk menolong semua rakyatmu dari sosok mengerikan yang akan mencabik-cabik jiwa mereka.”

Kemudian Ragnar mengecup dahi Amara. Mereka segera dikelilingi selubung biru dan sayap putih Ragnar perlahan muncul. Pria itu memegang erat-erat tangan Amara yang bergetar hebat. Ruang gelap dan lembab itu dengan cepat berubah menjadi lautan luas. Mereka terbang mengambang di atas air yang tenang. Tempat itu tidak berujung, hanya ada air dan langit.

“Aku tidak tahu kitab itu memilih air.” Ragnar terdengar sedikit kesal. “Sejujurnya aku benci masuk ke dalam air.”

Kitab Vanama memancarkan tulisan-tulisan rumit yang melayang-layang di dalam air. Amara masih keheranan kenapa dia bisa bernapas dengan bebas dan mudah di sana. Matanya sama sekali tidak pedih dan dia masih bisa berbicara dengan jelas dengan Ragnar yang kini berdiri di sampingnya.

“Ini kitab yang dicari oleh pengikut kegelapan. Sebenarnya Carina hanyalah kaki tangan dari hal yang tak terlihat oleh mata. Setiap seratus tahun akan akan ada kejadian besar. Kali ini itu terjadi di Faransia dan Blymir.” Ragnar menuntun Amara untuk lebih dekat dengan kitab itu. “Bacalah, Amara. Ambil apa yang kau butuhkan.”

***

Gerald mencari ke seluruh ruangan. Dia ingin memastikan apakah wanita yang tadi dilihatnya adalah Amara. Gerald hafal sekali dengan siluet tubuh Amara dan kebiasaannya menautkan jari ketika sedang gugup.

“Yang Mulia, Anda harus menemani Permaisuri Carina menjamu tamu.” Chris berbisik pada Gerald yang tampak tidak fokus.

“Aku melihat Amara di sini.” Gerald berucap pelan. “Aku yakin itu dia.”

“Kak, kau harus mendampingi istrimu.” Zander muncul dari kerumunan. “Kau seorang raja.”

Gerald tidak bisa membantah, dia adalah raja dan suami Permasuri Carina. Itulah fakta yang ada meski hatinya masih sepenuhnya milik Amara.

Add a comment

Related posts:

Redis and Memcached in Caching

The cache is temporary storage where data is stored so that in the future data can be accessed faster. So, caching is the process of storing data in Cache. Redis and memcached are good choices for…

Is FAKE NEWS building false perceptions?

Perceptions create narratives. Narratives provide society a cushion to lay their own beliefs upon. We are all in some way victims of these perceptions. For example, better rich packaging makes us…